Hello

19 November 2012

lima tanaman yang dapat mengsir racun dalam kantor

KOMPAS.com - Ruang-ruang di kantor yang tertutup seringkali menjadi “rumah” bagi polutan seperti benzene, trikhloroetilen, dan formaldehid. Tiga senyawa ini terdapat pada peralatan kantor seperti kertas, tisu, panel kayu, lapisan bawah karpet dan lainnya yang membawa efek akut dan kronis bagi manusia di dalamnya karena menyerang sistem saraf pusat.
Perpaduan tiga senyawa ini bisa menyebabkan sindrom bangunan sakit (sick building syndrome), yang menyebabkan penyakit legoinesellesis dengan gejala pusing, iritasi pada mata dan hidung, gamang, lelah, dan sesak napas. Jika sindrom bangunan sakit ini telah menyerang bisa jadi produktivitas Anda di dalam kantor menurun.
Untuk menyiasati sindrom bangunan sakit ada banyak cara, salah satunya lewat keberadaan tanaman di dalam ruangan. Kehadiran tanaman tidak hanya sekadar membantu mengurangi polutan, melainkan memberi sentuhan estetika sehingga ruangan tidak terasa kaku dan monoton. Pilihan daun dengan motif unik serta warna-warni bunga dapat menambah semarak meja kerja Anda.
Menurut penelitian Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau NASA, setidaknya ada 10 rekomendasi tanaman di dalam ruangan. Kali ini, kami memilihkan lima tanaman dalam ruang yang cocok ditempatkan di dekat meja kerja Anda. Kelimanya adalah Mother in law's tounge atau lidah mertua (Sansevieria laurentii), Palem bambu (Chamaedorea seifritzii), Pot mum atau krisan atau seruni (Chrysanthemum morifolium), Gerbera daisy (Gerbera jamesonii) dan Kuping gajah (Philodendron domesticum).

Bhut jolokia, Cabe terpedas di Dunia

Bhut jolokia

Ghiboo.com - Cabai terpedas di dunia ternyata ada di India, namanya Bhut Jolokia. Bhut Jolokia sendiri berarti 'Cabe Hantu'. Mungkin cabe ini dinamakan dengan nama tersebut karena kepedasannya yang seperti setan.

Tingkat kepedasan yang dihasilkan bisa mencapai 1000 kali lipat dari cabe biasa yang biasa kita temui di dapur.
Saat diuji tingkat kepedasannya dengan menggunakan skala Scoville Heat Unit (SHU), ternyata cabe Bhut Jolokia memiliki tingkat kepedasan hingga 1 juta SHU.
Artinya hampir dua kali lebih pedas daripada buah cabe pemegang rekor sebelumnya 'Red Sawina' yang nilai SHU-nya hanya mencapai 577.000 saja. Hasil penelitian ini dilakukan dan diumumkan oleh American Society For Horticultural Science.
Cabe ini rupanya berdampak besar terhadap industri makanan, karena mereka tidak perlu lagi cabe dalam jumlah cukup banyak, namun cukup dengan sedikit saja Bhut Jolokia, sudah mampu membuat makanan menjadi sangat pedas.
Bhut Jolokia terpilih menjadi yang teratas dalam tingkat pedas dan masuk di buku rekor dunia. Berikut tingkatan berikutnya setelah Bhut Jolokia.
Naga Morich
Dalam bahasa India artinya lada roh. Banyak tumbuh di daerah Timur Utara India, dan jika diukur skala pedas mencapai 100 kali dibanding pedasnya cabai-cabai yang ada di dunia.
Naga Viper.
Ini hasil persilangan dari 3 jenis paprika, dan tumbuh baik di Inggris.
Savina Habanero.
Cabai ini tanaman asli California. Untuk menggambarkan pedasnya, cabai ini dijuluki lidah setan Dominika. Sering digunakan untuk mengolah makanan asli Amerika Selatan

Pohon tertinggi di Dunia

Wah ini pohon tingga banget deh mungkin lebih tinggi dari menara Eiffel kali ya...
Pohon Cemara ini menjadi pohon terpanjan dan mungkin tertua kali ya di dunia...
Dengan Umur sekitar 7.200 tahun dan tinggi mencapai 1500 meter persegi dan berada di hutan california. Ada seorang wanita yang berada persis di samping pohon raksasa ini.
Quote:

 Pohon Cemara:


kalau perlombaan panjat pinang pakai ini pohon kira-kira berapa lama ya sampainya.

Benarkah ada tanaman yang dapat menyirami Sendiri

Baru-baru ini sebuah penelitian menunjukkan bagaimana sebuah tanaman dapat menyirami dirinya sendiri. Tanaman tersebut berjenis rhubarb ( sejenis tanaman yang dengan daun panjang dan memiliki bunga berwarna kemerah-merahan serta beracun) yang terdapat di padang gurun Nagev, di sekitar pegunungan di Israel.
Di sebuah tempat yang hanya memiliki curah hujan rata-rata 3 inchi (75mm) dalam setahun, setiap tetesan air menjadi bermakna. Demikian juga tanaman yang hidup di padang gurun telah berevolusi untuk tetap mempertahankan kadar air yang diperlukan untuk bertahan hidup.
Gambar Tanaman Tersebut :




Tanaman jenis rhubarb ini, dengan nama latin “Rheum Palaestinum” memiliki keunikan tersendiri, yakni daun-daunnya yang panjang dapat menyalurkan air ke akarnya sendiri.
Namun terbesit pertanyaan, bagaimana caranya?
Begini cara kerja/mekanisme “penyiraman diri sendiri” tersebut :
Dengan satu atau empat daunnya yang terbentuk sedemikian rupa dalam bentuk patahan mirip bunga mawar, jika dilihat dari jarak yang jauh, maka tanaman ini akan kelihatan seperti semacam sayur-sayuran hijau yang biasa. Namun jika dilihat dari dekat dapat terlihat bahwa tiap daunnya, yang memiliki ukuran sekitar 28 inchi (70 cm), memiliki goresan yang cukup dalam menuju ke daerah daun yang lebih rendah.
Secara garis besar, fungsi dari daun-daun tanaman ini sama seperti layaknya permukaan pada sebuah bukit atau gunung, yang tentunya dalam skala yang kecil. Sama halnya dengan pegunungan atau lembah yang mengalirkan air ke sungai, daun dari tanaman ini mengalirkan air hujan tepat ke arah permukaan tanah di sekitar akar dari tanaman ini menggunakan goresan tersebut.
Uniknya, daun-daun pada tanaman ini juga dilapisi oleh wax (sejenis lilin), yang berfungsi untuk melicinkan dan kemudian mengalirkan dengan cepat air yang mengalir ke arah goresan yang terdapat pada daun dan kemudian mengalir ke akarnya. Kebanyakan tanaman jenis lainnya yang hidup di sekitar tanaman ini hanya bertahan dari air hujan yang turun secara langsung ke arah permukaan tanah di sekitarnya.
Simcha Lev-Yadun dan koleganya dari University of Haifa-Oranim di Israel menemukan fenomena ini di lapangan. Setelah menjalankan eksperimen di laboratorium dan melakukan analisa terhadap pertumbuhan tanaman ini, para peneliti menemukan bahwa tanaman ini dapat “memungut” sejumlah air dengan jumlah yang sama dengan tanaman yang tumbuh di sekitar laut tengah (Mediterranean), yang memiliki curah hujan mencapai 17 inchi (426 mm) per tahunnya.
“Kami sangat terkejut, karena fenomena ini sebelumnya tidak diketahui, dan ini sangat menakjubkan” ujar Lev-Yadun.

0 komentar:

Popular Posts

ahmad miftahul farid. Diberdayakan oleh Blogger.

Total Tayangan Halaman