Komunikasi Krisis dan Tahapan serta peran Public Relations dalam menangani Krisis
A. Devinisi Krisis
Krisis adalah situasi yang merupakan titik balik
(turning point) yang dapat membuat sesuatu tambah baik atau tambah buruk. Jika
dipandang dari kaca mata bisnis suatu krisis akan menimbulkan hal-hal seperti
berikut :
- Intensitas
permasalahan akan bertambah.
- Masalah akan
dibawah sorotan publik baik melalui media masa, atau informasi dari mulut
ke mulut.
- Masalah akan
menganggu kelancaran bisnis sehari-hari.
- Masalah menganggu
nama baik perusahaan.
- Masalah dapat
merusak sistim kerja dan menggoncangkan perusahaan secara keseluruhan.
- Masalah yang
dihadapi disamping membuat perusahaan menjadi panik, juga tidak jarang
membuat masyarakat menjadi panik.
- Masalah akan
membuat pemerintah ikut melakukan intervensi.
Setiap krisis adalah suatu emergency, namun tidak setiap
emeergency adalah suatu krisis. Krisis dditangani oleh manajemen terhadap
krisis. Krisis adalah kondisi tidak stabil, yang bergerak kearah suatu titik
balik, dan menyandang potensi perubahan yang menentukan. Sedangkan keadaan
darurat (emergency) adalah kejadian tiba-tiba, yang tidak diharapkan terjadinya
dan menuntut penanganan segera.
Krisis bisa bersumber dari berbagai macam persoalan baik
yang bersifat internal maupun eksternal.
A. Persoalan internal:
konflik
manajemen, konflik karyawan (pemutusan
hubungan kerja, tuntutan kenaikan gaji) yang berakibat pada menurunnya kinerja
perusahaan, kesalahan produk yang berakibat pada menurunnya omzet penjualan,
dan lain sebagainya
B. Persoalan eksternal:
konflik antara perusahaan dengan
publiknya, yang bisa disebabkan oleh konflik terbuka antarelit politis, keluhan
pelanggan, kebijakan pemerintah, depresi ekonomi, dan lain sebagainya.
B.
Komunikasi Krisis
Komunikasi krisis
adalah terkait dengan penggunaan semua peralatan public
relations yang ada, dalam rangka memelihara dan
memperkuat reputasi organisasi dalam jangka panjang serta pada waktu ketika
organisasi berada dalam kondisi bahaya. Setiap hari, organisasi selalu
berhadapan dengan masalah. Keterlambatan pengiriman barang, konsumen
yang tidak puas, peluang kerja yang tidak terpenuhi, meningkatnya harga, dan
layanan yang kacau adalah beberap tantangan yang sering dihadapi dunia usaha-
namun masalah tersebut tidak selalu berarti mendatangkan krisis kepada
perusahaan. Krisis berbeda dengan masalah sehari-hari, di mana krisis sering
menarik minat dan menjadi perhatian publik melalui liputan media. Keadaan
seperti ini dapat menggang operasional normal perusahaan dan dapat berdampak
pada kehidupan di bidang politik, hukum, keuangan,
dan serta pemerintahan
dalam perusahaan.
C.
Penyebab Komunikasi Krisis
Nashville, Institute for
Crisis Management yang berbasis di Tennesee, mengidentifikasi empat penyebab
mendasar terjadi sebuah krisis perusahaan:
- Bencana Alam. Badai, gempa bumi, letusan
gunung berapi, banjir, dan yang sejenisnya masuk dalam kategori ini.
- Masalah Mekanis. Contohnya adalah pecahnya
pipa atau jatuhnya skywalk.
- Kesalahan Manusia. Seorang karyawan salah membuka katup
air dan menyebabkan air berserakan atau kesalahpahaman tentang bagaimana
mengerjakan sebuah tugas dalam waktu sulit ini.
- Keputusan Manajemen. Eksekutif level senior kadang
tidak menganggap serius masalah atau malah mereka beranggapan bahwa tak
seorang pun yang akan mengetahui masalah tersebut.
D.
Tahapan Krisis dan Peran Public Relations
Ada lima tipe tahapan krisis
menurut Firsan Nova dalam bukunya ”Crisis Public relations: Bagaimana PR
Menangani Krisis Perusahaan” (2009: 109 – 111), antara lain:
1.
Tipe Tahapan Sebelum Krisis (Pra Krisis).
Adalah kondisi sebelum munculnya sebuah
krisis, namun benih krisis sudah mulai nampak sehingga jika terjadi satu
kesalahan kecil saja, maka krisis akan dapat terjadi.
2.
Tipe Tahapan Peringatan.
Merupakan salah satu tahapan yang paling
penting dalam daur hidup krisis, karena didalamnya, suatu masalah untuk pertama
kali mulai dikenali, dipecahkan, lalu diakhiri selamanya atau dibiarkan
berkembang menuju kerusakan yang menyeluruh
3.
Tipe Tahapan Krisis Akut.
Pada tahapan ini krisis biasanya mulai
terbentuk, biasanya dicirikan dengan media dan publik sudah mengetahui adanya
krisis atau masalah. Pada tahapan ini, biasanya perusahaan tidak tinggal diam
dan mulai melakukan tindakan, karena sudah mulai menimbulkan kerugian terhadap
perusahaan.
4.
Tipe Tahapan Pembersihan.
Tahapan ini merupakan pemulihan perusahaan
dari semua kerugian. Baik menyelamatkan apa saja yang tersisa, reputasi, citra
perusahaan, kinerja, dan lini produksi.
5.
Tipe Tahapan Sesudah Krisis.
Pada tahap ini dicirikan dimana perusahaan
untuk memenangkan kembali kepercayaan publik dan dapat beroperasi kembali
dengan normal maka secara formal, tahap ini dikatakan krisis telah berakhir.
Berikut merupakan elemen dan petunjuk lebih
spesifik lainnya.
1. Perhatikan kepentingan publik terlebih
dahulu, khususnya kebutuhan mereka yang langsung terkait, seperti kebutuhan
korban kecelakaan dan keluarga mereka, kebutuhan para karyawan dan keluarga
mereka. Hal ini berarti bagaimana menghadapi situasi darurat dan melindungi
orang-orang yang terkena dampak situasi darurat sampai keadaan benar-benar
pulih.
2.
Bertanggung jawab memperbaiki keadaan. Jarang
sekali respons organisasi jika ditanya oleh media atau oleh kelompok
stakeholder yang terkena dampak tentang krisis yang terjadi dengan menjawab,
“no comment”.
3.
Sebisa mungkin bersikap terbuka dengan
kelompok stakeholder, seperti dengan badan pemerintah, investor, karyawan dan
keluarga mereka, korban dan keluarga mereka, konsumen, masyarakat sekitar,
penduduk, serta komunitas yang terkena dampak krisis.
4.
Menunjuk seorang juru bicara yang bertugas
mengelola akurasi dan konsistensi pesan yang berasal dari organisasi.
5.
Membuat pusat media dan informasi.
6.
Merespons semua pertanyaan dan permintaan
media berdasarkan petunjuk yang sudah ada. Pastikan untuk menanggapi pertanyaan
media, tetapi jika anda tidak tahu jawabannya, tidak perlu dipaksakan untuk
dijawab. Kemudian, berjanjilah untuk segera kembali dengan jawaban dari
pertanyaan tersebut. Jangan merilis nama dari mayat atau korban yang terluka
sampai diketahui siapa anggota keluarganya.
7.
Jangan berspekulasi.
Prinsip-Prinsip
Komunikasi Krisis, yatu komunikasi yang proaktif dan responsif yang faktual:
1.
Kumpulkan Semua fakta yang ada.
- putuskan fakta mana yang dapat disiarkan dan kapan
waktu yang tepat untuk menyiarkan.
- Mulailah membuka jalur komunikasi secepat mungkin.
- Berikan Jawaban/tanggapan secara terus terang dan
terbuka dengan informasi yang faktual.
Pendekatan
yang cepat untuk berkomunikasi dalam krisis, meliputi 10 prinsip
- Speak first and
often (bicara lebih dulu dan sering).
- Don’t speculate
(jangan berspekulasi).
- Go off record at
your peril (gunakan off the record hanya untuk diketahui pers, tapi tidak
untuk dimuat bila beresiko).
- Stay with the
facts (siap dengan fakta-fakta).
- Be opened,
concerned, not defensive (terbuka, fokus dan tidak defensif).
- Make your point
and repeat (buat pokok bahasan dan ulangi).
- Don’t war with
media (jangan berperang dengan media).
- Establish
yourself as the most authoritative source (menetapkan diri Anda sebagai
narasumber yang sangat memiliki otoritas).
- Stay calm, be
thrutful and cooperative (tetap tenang, jujur dan koopearatif).
- Never lie
(jangan pernah berbohong).
0 komentar:
Posting Komentar