SISTEM KOMUNIKASI INDONESIA: Analisi Berita
Kasus Narkoba Oknum
Polisi
Oleh: Aries Musnandar
(Masyarakat Umum)
(Masyarakat Umum)
Sudahkah Polri Bereformasi?
Sejak
era Reformasi bergulir segala komponen Orde Baru menyesuaikan diri dengan
aspirasi rakyat, tidak terkecuali dalam institusi Polri yang ikut mereformasi
dirinya. Namun apakah reformasi itu sudah signifikan mengubah Polri?
Tampaknya
pekerjaan rumah Polri sangat banyak, Sejumlah kasus yang menjerat oknum Polri
hingga ke jajaran perwira tinggi. Kini Polri dirundung lagi persoalan karena
dua anggotanya tertangkap di Malaysia terkait narkoba. Jelas kasus ini
mencoreng institusi Polri. Kenapa ini bisa sampai terjadi? Andai kata pimpinan
Polri sejak dini sudah menerapkan sanksi tegas dalam menegakkan kode etik
keanggotaan, kasus narkoba ini tidak akan serunyam sekarang karena pelakunya
masih berstatus polisi aktif.
Jangan
biarkan kebobrokan institusi penegakan hukum kita semakin kelam karena
dibutuhkan penegak hukum yang profesional dan proporsional dengan memiliki
etika integritas memadai.
Aries
Musnandar
Malang,
Jawa Timur
(Surat
pembaca diambil dari Republika tanggal 03 September 2014.)
Sumber:
http://www.umm.ac.id/id/detail-337-kasus-narkoba-oknum-polisi-opini-umm.html
Komentar:
Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)
merupakan kepolisian nasional diindonesia yang bertanggung jawab langsung
dibawah presiden, peran polri sangan berpengaruh terhadap dinamika keamanan
Negara, karena salahsatu fungsinya adalah menjaga keamanan dan ketertiban
didalam negara Negara.
Citra polri sangat dilihat oleh masyarakat
karena dia bertugas sebagai penegak humum, bagaimana seorang penegak hukum bisa
dipatuhi masyarakat adalah dengan pencitraan yang ia lakukan, maka apabila bila seorang anggota polri
mencerminkan citra yang tidak baik terhadap masyarakat akan mencoreng institusi
polri itu sendiri.
Dewasa ini tidak sedikit anggota polri yang
mencoreng nama baiknya sendiri dengan melanggar hukum dan terjerat kasus
narkoba,apakah ini layak dilakukan oleh seorang penegak hukum diindonesia.
Bagaimana semudah itu seorang anggota polri yang setiap hari menjaga keamanan
dan ketertiban masyarak untuk Negara, justru dia yang melanggar keamanan dan
keterban itu sendiri. Akibatnya masyarakat kecewa dan putus harapan kepada
polri karena anggota menyalahgunakan status pekerjaannya.
Apakah ini disebabkan oleh pemimpin atau
anggota polri? jika kita lihat saat ini
pemimpin kurang tegas dalam memberikan hukuman terhadap anggotanya seperti
hanya memberikan surat peringatan dan menunda-nunda keputusan hukuman, adakah
efek jera dari hukuman itu justru anggotanya tergerak untuk melakukan
pelanggaran karena menurutnya hukuman ini sangat ringan.
Dilainhal, anggota polri juga tidak bisa
menjaga nama baiknya dan mudah terpengaruh oleh kenikmatan duniawi sehingga
menyalahgunakan status sosialnya sebagai polri menjadi pelanggar hukum dan
terjerat kasus narkoba, ada kemungkinan mereka merasa bosan atas tugas dan
kewajibannya yang selalu menertibkan keamanan Negara dan dihadapkan dengan
kasus-kasus narkoba sehingga ada kecendrungan untuk mencobanya.
Fatalnya seringkali kali kita dihadapkan oleh
seminar-seminar anti narkoba yang diselenggarakan oleh polri diberbegai
institusi pendidikan baik formal maupun informal, akan tetapi mengapa justru
anggota polri yang terjerat kasus narkoba. Apakah mereka tidak melakukan
seminar untuk institusi mereka sendiri.
Akan tetapi semua itu berangkat dari pribadi
seseorang, bagaimana anggota polri bisa terjerat kasus narkoba mungkin
penyebabnya adalah factor individu itu sendiri, namun diperlukan peran seorang
pemimpin yang bertanggungjawab dan bijaksana dalam mngayomi anggota-anggotanya sehingga
mengurangi kecendrungan anggotanya untuk melanggar hukum terutama terjerat kasus
narkoba.
0 komentar:
Posting Komentar