Hello

29 November 2015

SISTEM KOMUNIKASI INDONESIA: Analisi Berita

Kasus Narkoba Oknum Polisi

Oleh: Aries Musnandar
(Masyarakat Umum)

Sudahkah Polri Bereformasi?

Sejak era Reformasi bergulir segala komponen Orde Baru menyesuaikan diri dengan aspirasi rakyat, tidak terkecuali dalam institusi Polri yang ikut mereformasi dirinya. Namun apakah reformasi itu sudah signifikan mengubah Polri?

Tampaknya pekerjaan rumah Polri sangat banyak, Sejumlah kasus yang menjerat oknum Polri hingga ke jajaran perwira tinggi. Kini Polri dirundung lagi persoalan karena dua anggotanya tertangkap di Malaysia terkait narkoba. Jelas kasus ini mencoreng institusi Polri. Kenapa ini bisa sampai terjadi? Andai kata pimpinan Polri sejak dini sudah menerapkan sanksi tegas dalam menegakkan kode etik keanggotaan, kasus narkoba ini tidak akan serunyam sekarang karena pelakunya masih berstatus polisi aktif.

Jangan biarkan kebobrokan institusi penegakan hukum kita semakin kelam karena dibutuhkan penegak hukum yang profesional dan proporsional dengan memiliki etika integritas memadai.

Aries Musnandar
Malang, Jawa Timur

(Surat pembaca diambil dari Republika tanggal 03 September 2014.)

Sumber:
http://www.umm.ac.id/id/detail-337-kasus-narkoba-oknum-polisi-opini-umm.html




Komentar:
Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) merupakan kepolisian nasional diindonesia yang bertanggung jawab langsung dibawah presiden, peran polri sangan berpengaruh terhadap dinamika keamanan Negara, karena salahsatu fungsinya adalah menjaga keamanan dan ketertiban didalam negara Negara.
Citra polri sangat dilihat oleh masyarakat karena dia bertugas sebagai penegak humum, bagaimana seorang penegak hukum bisa dipatuhi masyarakat adalah dengan pencitraan yang ia lakukan,  maka apabila bila seorang anggota polri mencerminkan citra yang tidak baik terhadap masyarakat akan mencoreng institusi polri itu sendiri.
Dewasa ini tidak sedikit anggota polri yang mencoreng nama baiknya sendiri dengan melanggar hukum dan terjerat kasus narkoba,apakah ini layak dilakukan oleh seorang penegak hukum diindonesia. Bagaimana semudah itu seorang anggota polri yang setiap hari menjaga keamanan dan ketertiban masyarak untuk Negara, justru dia yang melanggar keamanan dan keterban itu sendiri. Akibatnya masyarakat kecewa dan putus harapan kepada polri karena anggota menyalahgunakan status pekerjaannya.
Apakah ini disebabkan oleh pemimpin atau anggota polri?  jika kita lihat saat ini pemimpin kurang tegas dalam memberikan hukuman terhadap anggotanya seperti hanya memberikan surat peringatan dan menunda-nunda keputusan hukuman, adakah efek jera dari hukuman itu justru anggotanya tergerak untuk melakukan pelanggaran karena menurutnya hukuman ini sangat ringan.
Dilainhal, anggota polri juga tidak bisa menjaga nama baiknya dan mudah terpengaruh oleh kenikmatan duniawi sehingga menyalahgunakan status sosialnya sebagai polri menjadi pelanggar hukum dan terjerat kasus narkoba, ada kemungkinan mereka merasa bosan atas tugas dan kewajibannya yang selalu menertibkan keamanan Negara dan dihadapkan dengan kasus-kasus narkoba sehingga ada kecendrungan untuk mencobanya.
Fatalnya seringkali kali kita dihadapkan oleh seminar-seminar anti narkoba yang diselenggarakan oleh polri diberbegai institusi pendidikan baik formal maupun informal, akan tetapi mengapa justru anggota polri yang terjerat kasus narkoba. Apakah mereka tidak melakukan seminar untuk institusi mereka sendiri.

Akan tetapi semua itu berangkat dari pribadi seseorang, bagaimana anggota polri bisa terjerat kasus narkoba mungkin penyebabnya adalah factor individu itu sendiri, namun diperlukan peran seorang pemimpin yang bertanggungjawab dan bijaksana dalam  mngayomi anggota-anggotanya sehingga mengurangi kecendrungan anggotanya untuk melanggar hukum terutama terjerat kasus narkoba.

0 komentar:

Popular Posts

ahmad miftahul farid. Diberdayakan oleh Blogger.

Total Tayangan Halaman